Langsung ke konten utama

Memahami Penjelasan Mengenai Domestikasi Pada Ternak

 

 

MEMAHAMI PENJELASAN MENGENAI DOMESTIKASI PADA TERNAK

Pengertian Istilah Hewan, Binatang dan Ternak

Sebelum kita membahas lebih jauh tentang pengertian dan proses domestikasi ternak. Ada perbedaan arti secara definisi ilmu peternakan antara hewan, binatang, dan ternak. Hewan adalah segala mehluk hidup selain manusia, yang hidup baik didaratan maupun dilautan yang tidak dapat membuat makanan sendiri.

Sedangkan definisi dari binatang adalah semua hewan yang hidup di darat dan belum mengalami penjinakan oleh manusia atau masih hidup di alam liar (hutan). Sehingga dalam kehidupanya belum dapat diatur dalam hal pakanan, reproduksi atau perkembangbiakan, dan tempat tinggalnya. Sehingga belum dapat dimanfaatkan secara luas oleh manusia.

Ternak secara definisi adalah semua hewan yang sudah dijinakkan oleh manusia atau melalui proses domestikasi. Ternak sudah dapat diatur dalam hal pakan, perkembangbiakan dan tempat tinggalnya, selain itu ternak dapat diolah dan diambil manfaatnya untuk keperluan hidup manusia. Baik diambil daging, telur, susu, kulit, bulu, tenaga, maupun kecantikan atau keindahanya.

Oleh karena itu terdapat perbedaan yang jelas antara hewan, binatang dan ternak ditinjau dalam ilmu peternakan. Sehingga dengan adanya ternak akan membawa manusia pada era industrialisasi modern dalam penyediaan pangan serta produk-produk industri lainnya. Program pemuliaan ternak dan rekayasa gen yang andal, pengetahuan manajemen yang wahid, ilmu pakan yang bermutu tinggi, dan berbagai produk makanan dari hasil ternak tidak dapat diremehkan peranannya. Pengetahuan manusia tentang binatang ternak jika dihimpun dari dulu sampai sekarang barangkali tidak lebih dari sebutir debu di padang pasir yang luas. Hanya Allah-lah yang mengetahui semuanya itu, karena Allah-lah yang menciptakan semuanya itu dari tidak ada menjadi ada.

Pengertian Domestikasi

Domestikasi adalah keadaan dimana breeding, pemeliharaan dan pemberian pakan berada dibawah pengawasan manusia (Hale, 1969). Domestikasi ternak diperkirakan dilakukan dalam kaitan dengan kepastian penyediaan sumber pangan, sandang (kulit dan rambutnya dijadikan bahan pakaian), serta sebagai komoditi perdagangan.

Domestikasi tumbuhan maupun hewan adalah sebuah proses panjang, yang memerlukan waktu lama serta dana dan daya yang besar. Di dalamnya terlibat berbagai kegiatan penelitian yaitu : inventarisasi, karakterisasi, kajian potensi, seleksi, penangkaran, dan pemuliaan untuk pemanfaatan berkelanjutan. Sebagai gambaran, tanaman kelapa sawit memerlukan proses domestikasi selama lebih dari 100 tahun untuk dapat dimanfaatkan secara ekonomi seperti sekarang ini. Sebaliknya ada beberapa jenis tumbuhan yang tidak memerlukan waktu lama untuk dapat didomestikasi, sebagai contoh adalah Aglaonema sp. ternyata hanya memerlukan waktu tidak lebih dari 3 tahun untuk menjadi tanaman hias.

Pengalaman mengajarkan bahwa domestikasi secara konvensional memerlukan waktu yang panjang, karena itu dibutuhkan suatu terobosan untuk mempercepat proses domestikasi antara lain melalui teknik pemuliaan dan rekayasa genetika. Oleh karenanya, untuk menjamin percepatan proses domestikasi diperlukan program penentuan prioritas yang didukung komitmen oleh semua pihak yang terkait, serta dukungan dana dan sumber daya serta pengetahuan dan teknologi yang memadai.

Menurut Zairin (2003), ada beberapa tingkatan yang dapat dicapai manusia dalam upaya penjinakan hewan ke dalam suatu sistem budidaya.  Tingkatan dimaksud, sebagaimana berlangsung pada ikan, adalah sebagai berikut.

1.      Domestikasi sempurna, yaitu apabila seluruh daur hidup ikan sudah dapat berlangsung dalam sistem budidaya.

2.      Domestikasi hampir sempurna, yaitu apabila seluruh daur hidupnya dapat berlangsung dalam sistem budidaya, tapi keberhasilannya masih rendah.

3.      Domestikasi belum sempurna, yaitu apabila baru sebagian daur hidupnya dapat berlangsung dalam sistem budidaya.

PROSES DAN PENGARUH DOMESTIKASI

Proses Domestikasi Ternak

Bersama dengan domestikasi tumbuhan penghasil pangan, domestikasi hewan adalah salah satu langkah penting yang dilakukan umat manusia. Di dunia, praktis hanya dua lokasi yang pernah melakukan domestikasi awal hewan ternak yang dilakukan sebelum budidaya tanaman pangan dilakukan, yaitu Asia Barat Daya (untuk domba, kambing, sapi, dan babi) dan Datara Tinggi Andes (untuk alpaka dan llama).

Domestikasi ternak diperkirakan dilakukan dalam kaitan dengan kepastian penyediaan sumber pangan, sandang (kulit dan rambutnya dijadikan bahan pakaian), serta di kemudian hari sebagai komoditi perdagangan. Menurut ahli biologi Jared Diamond (2004), hewan harus memenuhi enam kriteria agar dapat dipertimbangkan untuk didomestikasi:

1.      Pakannya mudah didapatkan. Hewan tersebut harus mau memakan makanan yang berada di luar piramida makanan manusia (gandum atau jagung), pakannnya tidak digunakan oleh manusia (rumput, dan sebagainya), dan ekonomis untuk penyimpanannya.

2.      Pertumbuhannya dengan cepat sehingga mempercepat proses perkembangbiakkan dan dimanfaatkan. Hewan besar seperti gajah membutuhkan waktu tahunan hingga dapat dipergunakan.

3.      Memungkinkan untuk dikembangbiakkan dalam penangkaran.

4.      Tidak agresif.

5.      Tidak mudah stres.

6.      Memiliki hierarki sosial yang dapat dimodifikasi.

Karena syarat-syarat itulah, kebanyakan domestikasi dilakukan pertama-tama untuk keperluan kesenangan semata sebagai hewan timangan (pet). Banyak jenis ikan dan reptilia masa kini mulai ditangkarkan untuk keperluan sebagai peliharaan, namun perilaku liarnya masih terbawa hingga sekarang. Domestikasi memerlukan puluhan generasi untuk mendapatkan galur-galur yang benar-benar adaptif dengan lingkungan buatan manusia, dikarenakan domestikasi konvensional memerlukan waktu yang panjang.

Ada beberapa pola yang dikembangkan, yaitu game ranching dan game farming:

1.      Game ranching adalah penangkaran yang dilakukan dengan sistem pengelolaan yang ekstensif. Ada dua arti yang berbeda (Robinson dan Bolen. 1984), pertama, suatu kegiatan penangkaran yang menghasilkan satwa liar untuk kepentingan olah raga berburu, umumnya jebis binatang eksotik, kedua, adalah kegiatan penangkaran satwa liar untuk menghasilkan daging, kulit, maupun binatag kesayangan, seperti burung, ayam hutan dan sebagainya. Pola penangkaran ini telah berkembang di Afrika, Amerika Serikat dan Australia. Di Indonesia sendiri pola ini telah di coba dikembangkan untuk jenis-jenis ayam hutan, burung, reptil (buaya, ular, penyu) dan ungulata (rusa, banteng).

2.      Pola yang kedua adalah game farming, yaitu kegiatan penangkaran satwa liar dengan tujuan untuk menghasilkan produk-produk seperti tanduk, kulit, bulu, minyak dan taring/gading/tanduk. Dalam pola ini dikembangkan juga penjinakan untuk keperluan tenaga kerja, misalnya gajah.

Prinsip penangkaran adalah pemeliharaan dan perkembangbiakaan sejumlah satwa liar yang sampai pada batas-batas tertentu dapat diambil dari alam, tetapi selanjtnya pengembanganya hanya diperkenankan diambil dari keturunan-keturunan yang berhasil dari penangkaran tersebut. Ada empat syarat untuk mengembangkan komoditi domestik melalui penangkaran agar diperoleh hasil maksimal, yaitu ;

a.       Obyek (satwa liar), perlu memperhatikan populasinya di alam apakah mencukupi atau tidak, kondisi species (ukuran badan, perilaku) dan proses pemeliharaan sertta pemanfaatannya.

b.      Penguasaan ilmu dan teknologi, meliputi pengetahuan tentang ekologi satwa liar serta dikuasainya teknologi yang sesuai dengan keadaan perkembangan dunia.

c.       Tenaga terampil untuk menggali dasar ekologi ataupun cara pengeloalaan pada proses penangkaran.

d.      Masyarakat, berkaitan erat dengan sosial budaya dan diharapkan sebagai sasaran utama dalam proses pemasaran produk.

Penangkaran dalam rangka budi daya dilakukan dengan sasaran utama komersil terutama dari segi peningkatan kualitasnya, sehingga metode yang diterapkan lebih ditujukan untuk peningkatan jumlah produksi yang ditentukan oleh kaidah-kaidah ekonomi dan dikendalikan pasar. Metode ini menerapkan teknologi reproduksi yang tinggi, seperti : inseminasi buatan, tranplantasi embrio, agar dapat dihasilkan keturunan jantan yang baik, sehingga terjadi peningkatan.

Suatu alasan yang sangat penting agar peternakan satwa liar dapat dikembangkan adalah karena satwa liar mempunyai daya adaptasi yang lebih tinggi dibandingkan ternak lain, Hal-hal penting yang perlu diperhatikan untuk memperbesar kemungkinan domestikasi/penangkaran adalah anggapan bahwa satwa liar tidak dapat didomestikasikan adalah karena kualitas keliaran. Hal ini sama sekali tidak benar, sebab mamalia liar dapat dijinakan sama mudahnya seperti yang lain (Ertingham. 1984).

Perubahan Yang Disebabkan Oleh Domestikasi

Perkembangan usaha peternakan telah sampai pada upaya perluasan jenis-jenis hewan yang diusahakan untuk diambil hasilnya. Manusia telah mendomestikasi 20 – 3000 spesies hewan. Hewan yang didomestikasi harus menerima sejumplah perubahan dalam pola kehidupanya, sebab manusia memelihara hewan tersebut untuk diambil hasilnya. Hal ini telah diringkas oleh Kilgour dan Dalton (1984), yang meliputi:

a.       Pengawasan terhadap breeding

Mengurangi jumplah pejantan dan atau menggunakan inseminasi buatan. Dengan teknologi alih janin, betina dapat melahirkan anak tanpa adanya pejantan (diinseminasi).

b.      Bentuk perubahan kemampuan hidup

Ternak yang lemah dapat ditolong untuk hidup, penyakit dan parasit dapat dikontrol.

c.       Perubahan nutrisi

Kwantitas dan kwalitas pakan dimanipulasi dan jenis pakan dapat dikurangi.

d.      Seleksi genetika

Hal ini dapat merubah hewan tersebut lain dari sesamanya dalam keadaan liar.

e.       Pengurangan dalam pemilikan bebas

Pada umumnya, alasan utama manusia melakukan budidaya satwa liar adalah karena alasan ekonomis yang berasal dari bermacam-macam produk, misalnya: daging, minyak, gading/tanduk/taring, kulit sampai pada pemanfaatan bulu dan nilai keindahan dari kekhasannya. Salah satu cara budi daya dan pengembangan satwa liar menjadi komoditi domesti adalah domestikasi atau penangkaran tersebut, sehingga kepastian penyediaan sumber pangan, sandang (kulit dan rambutnya dijadikan bahan pakaian), serta di kemudian hari sebagai komoditi perdagangan bagi manusia dapat terpenuhi.

Domestikasi hewan

Bersama dengan domestikasi tumbuhan penghasil pangan, domestikasi hewan adalah salah satu langkah penting yang dilakukan umat manusia. Di dunia, praktis hanya dua lokasi yang pernah melakukan domestikasi awal hewan ternak yang dilakukan sebelum budidaya tanaman pangan dilakukan, yaitu Asia Barat Daya (untuk domba, kambing, sapi, dan babi) dan Dataran Tinggi Andes (untuk alpaka dan llama).

Domestikasi ternak diperkirakan dilakukan dalam kaitan dengan kepastian penyediaan sumber pangan, sandang (kulit dan rambutnya dijadikan bahan pakaian), serta di kemudian hari sebagai komoditi perdagangan.

Hewan domestik terpilih

Hewan peliharaan

Awal proses

Moyang liar

Tempat awal

Anjing
(Canis lupus familiaris)

sebelum 10.000 SM

Serigala (Canis lupus lupus)

Asia Timur

Domba/biri-biri
(Ovis orientalis aries)

7.000 SM[1] [2]

Domba padang

Irak, Iran, pantai Levantia, Asia Barat Daya

Kambing
(Capra aegagrus hircus)

7.000 SM[3]

Kambing gunung

Pegunungan Zagros, Irak, Iran

Babi
(Sus scrofa domestica)

7.000 SM[4]

Babi hutan

Anatolia, Asia Barat Daya

Sapi
(Bos primigenius taurus)

6.500 SM[5][6]

Banteng

Asia Barat Daya dan Eropa, India, Timur Tengah, and Sub-Sahara

Kucing
(Felis silvestris catus)

6.000 SM[7][8][9]

Kucing liar (Felis silvestris)

Asia Barat Daya, Siprus

Ayam
(Gallus gallus domesticus)

6.000 SM[10]

Ayam hutan

Lembah Sungai Indus, Asia Tenggara

Tikus belanda ("marmut")
(Cavia porcellus)

5.000 SM[11]

-

Peru

Keledai
(Equus africanus asinus)

5.000 SM[12][13]

Keledai liar

Afrika Timur Laut, Mesir

Kuda
(Equus ferus caballus)

4.000 SM[14]

Kuda liar

Ukraina dan daerah Laut Hitam dan padang Eurasia

Llama
(Lama glama)

4.000 SM

Guanako

Pegunungan Andes, Peru

Kerbau
(Bubalus bubalis)

4.000 SM

Kerbau liar

Lembah Sungai Indus

Unta

3.000 SM

Unta liar

Jazirah Arab (punuk tunggal) dan Asia Tengah (punuk ganda)

Angsa

3.000 SM

Angsa liar

Laut Tengah timur

Yak
(Bos grunniens)

2.500 SM

Yak liar

Tibet

Sapi Bali
(Bos javanicus)

 ?2.500 SM

Banteng

Jawa

 

Sumber utama: Ronnie Liljegren. Die Domestizierung von Tieren. Dalam: Göran Burenhult (2004). Menschen der Urzeit. Karl Müller.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Ampuh Mengatasi Kembung Pada Ternak

    Mengatasi Kembung Pada Ternak Ruminansia    Peternakan ruminansia seperti domba, kambing, sapi, kerbau adalah ternak mamalia yaitu dapat menyusui dan melahirkan anak, berbeda dengan unggas yang tidak dapat menyusui dan tidak beranak melainkan bertelur, pada beberapa kasus yang dialami olah para peternak ruminansia yang sering terjadi adalah penyakit kembung, penyakit kembung ini sering terjadi pada ternak ruminansia mengapa terjadi, ini adalah penyebab mengapa ternak bisa terkena kembung diantaranya adalah : Ternak diberi pakan hijauan yang terlalu tinggi kadar airnya Pakan yang diberikan berupa hijauan yang masih basah tanpa ada pelayuan sebelumnya Di pagi hari para peternak sudah membiarkan ternak memakan hijauan rumputan yang terdapat embun, seharusnya agak siangan agar tidak terkena penyakit kembung Kekurangan nutrisi, perubahan cuaca panca robah salah satunya Kondisi kandang sangat terbuka sehingga angin mudah masuk di malam hari yang mengakibatkan kembu...

Penyebab Abnormalitas Pada Telur Dan Solusinya!!!

   ABNORMALITAS TELUR Mengenal abnormalitas pada telur adalah kajian yang harus kita pelajari, karena pada telur kita bisa tahu bahwa telur itu apakah memiliki kelainan, baik pada kerabang, putih telur dan kuning telur sehinggga kita bisa tahu telur tersebut adalah telur abnormal dan kita juga harus ketahui kenapa itu bisa terjadi dan apa solusinya. Telur merupakan salah satu produk peternakan yang berasal dari unggas baik ayam, itik, puyuh dan lain lain dan dikenal sebagai bahan pangan sumber protein yang bermutu tinggi, telur sebagai bahan pangan mempunyai banyak kelebihan misalnya, kandungan gizi telur yang tinggi, harganya relatif murah dibandingkan dengan bahan sumber protein lainnya. Setiap tahap dalam pembentukan telur akan berjalan sesuai rencana apabila ayam tidak terganggu, seandainya terjadi gangguan, termasuk gangguan terhadap saluran telur, maka biasanya telur yang dihasilkan manjadi abnormal Terdapat macam macam abnnormalitas pada telur diantaranya 1. Telur denga...

Biosecurity Peternakan Ayam Yang Harus Diketahui, Agar Bebas Dari Peyakit

          BIOSECURITY KANDANG PETERNAKAN AYAM, ANTISIPASI MIKROORGANISME PATOGEN MASUK KE DALAM KANDANG       Mengenal biosecurity pada peternakan ayam adalah salah satu pilihan yang penting untuk dipelajari, karena pada peternakan ayam baik itu komersil ataupun pembibitan hal utama yang perlu kita lakukan sebelum masuk kandang adalah agar semua steril bebas dari agen pembawa penyakit salah satunya adalah biosecurity. Biosecurity adalah upaya mencegah kuman atau penyakit agar tidak masuk ke dalam peternakan atau ke kandang sehingga ternak aman, sehat bebas dari penyakit berbahaya. Biosecurity juga berasal dari kata asing yaitu bio  artinya hidup sedangkan security artinya perlindungan atau pengamanan Biosecurity juga diartikan sebagai suatu sistem untuk mencegah penyakit klinis maupun subklinis yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas secara keseluruhan dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan. Pada awalnya biose...